Selasa, 13 Januari
2015
Episode 6
Akhirnya semua
rencana kami matang, Reno dan Idris bertugas mencari pakaian renang, Dion
mencari informasi tentang Fikri, aku dapat mengandalkannya untuk hal itu karena
mereka satu asrama, hemmmm coba aku yang satu asrama sama Fikri, mungkin
rencana gila ini tidak perlu diteruskan, huft!
Ku luruskan kakiku
di atas tempat tidur, malam ini tidak banyak kegiatan, namanya juga malam
Minggu, besok libur jadi kebanyakan siswa tidak terlalu peduli dengan
tugas-tugas yang diberikan, sedangkan aku mulai dari tadi siang juga sudah
tidak fokus belajar, Pak Burhan sampe tiga kali menegurku karena tidak
memperhatikan. Gimana mau memperhatikan, pelajaran sejarah di jam terakhir,
dengan angin semilir begitu siapapun akan tertidur dibuatnya.
Tapi aku tidak
tertidur meski suasana sangat mendukung untuk itu, karena pikiranku sedang
sibuk memikirkan rencana besok. Namun tetap saja, ngelamun dan tidur sama-sama
tidak memperhatikan pelajaran. Maaf pak Burhan, aku sedang fokus menulis
sejarahku sendiri hehehehe.
Sebenarnya aku sudah tiga kali mengurungkan rencana ke kolam renang, dan tiga kali pula merencanakannya kembali. Dion, Reno dan Idris tampaknya lumayan kesal juga karena kesannya aku tidak serius.
"Jangan plin plan gitu, pokoknya kita laksanakan aja. Nggak bakal ada masalah, kan cuma PDKT, kalau seandainya nanti momentnya nggak pas buat ngobrol, nggak usah, setidaknya kita sudah ketemu sama dia." saran Dion waktu itu.
Hemmm, terus terang aku masih ragu, bukan masalah ke kolam renangnya, tetapi PDKT sama Fikri itu yang bikin aku jadi ciut. Gimana kalau banyak yang liat? Kolam renang bukan tempat yang sepi, dan tentunya bukan tempat yang romantis. Oh My God! Romantis? Emang ngapain juga aku cari tempat romantis, huh, pikiranku ini kayaknya sudah mulai kacau.
Untungnya sore ini
semua sepakat, tidak ada pembatalan, besok kami akan ke kolam renang. Kulihat
jam dinding di kamar kami masih menunjukkan pukul 9 malam, Andre sedang asik
membaca novel sambil tiduran di atas ranjangnya, sementara Reza dan Hendra
belum pulang, mungkin mereka masih di kantin atau di taman, atau bisa juga lagi
di ruang rekreasi, whatever-lah,
itu bukan urusanku.
Sejenak ku
perhatikan wajah Andre yang serius itu, hemm lumayan manis juga anak ini,
kulitnya tidak putih, tidak juga gelap, sedanglah. Dia juga punya lesung pipit
di kedua pipinya, bikin tambah imut saja. Meski kami sudah beberapa bulan
tinggal satu kamar, aku tidak terlalu banyak bicara dengannya, bukan aku
sombong, kelihatannya dia memang agak menghindar. Kadang Andre grogi kalau aku
ajak ngobrol. Mungkin juga dia nggak suka ngobrol, atau malah aku yang nggak
asik diajak ngobrol, ada baiknya aku buktikan sendiri dari pada ngelamun nggak jelas, mau tidur juga belum ngantuk.
"Baca apa
ndre?' aku mulai bicara sama anak dari Indramayu ini.
"Oh,
Novel" jawabnya singkat.
"Novel
apa?" tanyaku lagi
"Remaja"
Huh! kayaknya nggak bakal bisa hangat nih, jawabnya singkat-singkat, matanya
malah nggak menoleh sedikitpun. Untung kami seumuran, kalau sama orang tua
pasti sudah diomelin tuh, nggak sopan banget.
Sepertinya aku harus lebih sabar deh, mungkin begitulah sifatnya, Reza juga nggak terlalu sering
ngobrol sama Andre, begitu juga Hendra. Jadi kangen suasana kamarku tahun lalu,
kami hanya perlu beberapa hari untuk saling akrab. Mungkin karena waktu itu
kami sama-sama belum punya teman, berbeda dengan kondisi saat ini, kami sudah sibuk dan
teman juga sudah banyak.
Aku bangkit dari
ranjangku dan duduk di kursi meja belajarnya Andre, dia malah gugup, hehehe,
karena aku duduk persis di sampingnya dengan jarak semeter saja dari tempatnya berbaring.
Andre langsung bangun, dan matanya tetap saja melihat buku. Aku nggak bermaksud
aneh, kalau ngobrol dekat begini kan kesannya lebih akrab aja.
"Kamu sudah
baca novel Harry Potter?" tanyaku asal saja.
"Belum,
terlalu tebal bukunya" jawabnya pelan. Yes! empat kata, sudah mulai bicara
anak ini. Hahahaha, kayaknya PDKT ku berhasil nih, buat berteman maksudku.
Mungkin kalau ketemu sama Fikri nanti aku bisa mulai obrolan kayak gini. Tapi,
Fikri kan bukan Andre? tentu saja responnya akan berbeda, dan emosiku juga akan
lain. Gimana kalau kata-kata yang keluar dari mulutku bukan yang aku
rencanakan? Atau justru aku jadi gagap? Huft, urusan besok biarlah besok
terjadi, mengalir saja seperti air. Justru terlalu banyak berpikir begini
nambah beban saja, seharusnya aku lebih enjoy, nikmati dan jalani selanjutnya biarlah terjadi.
"Itu bukunya
Helvy Tiana Rosa ya? atau Asma Nadia?" aku melanjutkan obrolanku dengan
Andre. Rasa canggung diantara kami sudah mulai lepas.
"Bukan, ini
karyanya Gola Gong. Kamu suka baca novel juga?" Andre balik bertanya.
"Nggak terlalu
hobi sih, kadang-kadang aku baca novel" jawabku sambil senyum.
"Oh gitu, kamu
kok tau Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia?" sekarang malah Andre yang banyak
tanya, hahahaha.
"Aku beberapa
kali lihat novel-novel mereka di toko buku sekolah, kelihatannya cocok untuk
kita para pelajar. Cerita-ceritanya menggunakan bahasa yang sopan dan alur
ceritanya juga religus." jawabku seadanya. Meski sebenarnya aku kurang
suka baca novel-novel remaja yang sifatnya "religius" itu. Aku lebih
senang novel yang banyak petualangannya, kisah cinta yang sedikit nakal, dan
kalau ada yang rada mesum juga boleh hehehehe. Ouch lupa, aku kan masih 15
tahun hahaha.
"Pasti kamu
sudah baca bukunya, itu kami bisa tau isinya," ucap Andre dengan senyum,
hahaha anak ini tambah manis saja kalau tersenyum.
"Nggak baca
semuanya, hanya beberapa buku pernah aku baca, aku lebih suka novel Harry
Potter, aku sudah baca semua bahkan buku ke-7" jawabku santai.
"Kayaknya kamu
itu hobi membaca deh, kalau kamu sanggup baca buku-buku setebal itu sampe habis
itu artinya kamu hobi baca" ucap Andre ringan dengan sedikit penekanan
pada kalimat "hobi baca". Hemmmm, Anak ini ternyata nggak terlalu
kaku seperti perkiraanku, justru asik dan enak diajak ngobrol, mungkin benar ucapan
Dion waktu itu, aku kurang membuka diri.
"Kamu asik
juga diajak ngobrol," Andre tampak malu mendengar ucapanku barusan, dia
justru menunduk melanjutkan bahan bacaanya. Aku tidak bermaksud membuatnya
begitu, tapi jujur saja anak ini memang asik ternyata.
Sejenak kami berdua
diam, ku perhatikan buku-buku yang tersusun rapi di atas meja, salah satu novel
bersampul oranye menarik perhatianku, "Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke
Roma" begitu judulnya. Aku ingat buku itu, Buku yang tidak asing bagiku, ya
karena papa memilikinya di rumah, aku pernah membacanya sekali tidak sampe
habis, bahasanya tidak mudah aku pahami saat itu, jadi heran ngapain papa baca
buku itu berulang-ulang. Mungkin isinya tentang cinta yang mengharukan,
entahlah. Memang kalau dipikir-pikir bila seseorang sudah menyukai isi suatu
buku, dia akan menikmatinya bahkan membacanya berulang-ulang, seperti yang aku
lakukan sama buku Harry Potter.
"By The Way kamu
sekolah disini kemauan sendiri atau "paksaan" orang tua?' aku
mulai mencari topik pembicaraan lain yang lebih pribadi, terus terang aku belum
terlalu mengenal Andre, hanya nama dan asalnya saja, itu pun taunya saat
pembagian kamar dulu.
"Kamu
sendiri?" dia balik bertanya.
"Kedua-duanya,
orang tuaku setengah memaksa dan aku juga pengen sekolah jauh, meskipun awalnya
nggak betah, tapi lama-lama terbiasa juga, bahkan sekarang asik sekolah di
sini" jawabku sambil tertawa.
"Aku dipaksa
orang tua. Sebenarnya aku mau masuk SMP di Indramayu saja, tapi ayahku
memaksaku sekolah di sini, katanya agar mandiri. Ayahku juga bilang sekolahnya bagus, fasilitas nya lengkap, sistemnya juga bagus tapi dia nggak bilang kalau
disiplinnya ketat" raut muka Andre tidak terlalu bersemangat menceritakan
alasannya masuk ke sekolah ini. Bahkan terlihat kecewa ketika mengucapkan kata
"disiplin".
Hahahaha, si Andre
ini sama seperti aku, aku juga nggak tau kalau disiplin di sekolah ini begitu
ketat, apalagi waktu kami masih siswa baru. Untungya sekarang sudah jadi siswa lama dan disiplinnya sudah makin longgar, malah kesannya lumayan bebas.
"Emang ayahmu
tau dari mana sekolah ini bagus sistemnya?" tanyaku penasaran.
"Sepupuku
sekolah disini, dan sekarang sudah kelas 3 SMP. Ayahku dapat masukan dari om
Salman, bapaknya sepupuku itu, buat masukin aku ke sini." ucap Andre, kelihatannya dia mulai curhat
hehehe.
"Oh, jadi kamu
punya kakak di sini? Asik dong ada yang bisa bantu-bantu" celetukku.
"Bukan kakak,
sepupu. Dia tinggalnya di Bekasi." aku sedikit canggung ketika Andre
menyebut kata "Bekasi", kayaknya aku sensitif banget kalau mendengar
yang ada hubungannya sama Fikri. Aneh.
"Ya kakak
sepupu maksudku. Tapi kamu kan asalnya Indramayu, kok kakak sepupumu di
Bekasi?" tanyaku penasaran.
"Om Salman itu
orang Bekasi, dia nikah sama Adik ayahku, jadi mereka tinggal di Bekasi.
Biasanya tiap lebaran selalu pulang ke Indramayu menjenguk Nenekku. Saat pulang itu om Salman
selalu mempengaruhi ayahku buat masukin aku sekolah di sini" Andre
kayaknya nyesal banget masuk ke sini, hehehe, tapi dia kok betah.
"Tapi akhirnya
kamu cocok juga kan di sini?" ucapku dengan nada bercanda
"Ya mau gimana
lagi, seperti katamu tadi, awalnya terpaksa, lama-lama jadi terbiasa."
ucap Andre kali ini agak tersenyum.
"Mungkin juga
om kamu pengen anaknya punya saudara yang sekolah di sini juga, buat saling jaga
gitu" ucapku asal saja.
"Aku nggak
terlalu akrab sama dia" balas Andre datar. Nada bicaranya kayaknya benar,
mengisyaratkan mereka tidak terlalu akrab.
"Oh gitu..." jawabku, "sepupumu jarang ya main ke sini."
"Dia anak yang
sibuk, dan sudah aku bilang kami juga tidak akrab. terakhir aku ketemu dia
hampir satu bulan lalu. Dia...." tiba-tiba raut muka Andre berubah, dia
terdiam dan pura-pura membaca bukunya. Kelihatannya anak ini salah bicara.
"Kok diam,
lanjutin dong" pintaku.
"Dia
nanya-nanya tentang kamu. Maaf, aku cuma ngomong apa adanya." ucap Andre
lirih tanpa memandang wajahku. Aku hanya tersenyum.
Seharusnya Andre
nggak perlu sungkan, lagian juga ini bukan pertama kali orang menggali
informasi tentangku.
"Nggak apa-apa
kok, udah biasa" jawabku ramah. perlahan Andre mengangkat wajahnya dan
tampaknya dia tidak terlalu terkejut, justru wajahnya menahan tawa, dan
seketika saja kami berdua tertawa lepas, hahahaha.
Tidak lama Hendra
dan Reza pulang sambil bawa kantong pelastik. Hemm dari mana saja kedua anak
ini, sudah hampir jam sepuluh.
"Ini ada
jajanan," Reza meletakkan kantong pelastik itu di atas meja belajarnya,
sementara Hendra langsung berbaring santai di tempat tidur.
"Ngobrolnya
asik banget kayaknya" tanya Hendra. Aku hanya tersenyum begitu juga Andre.
"Itu makanan
beli dimana?" tanyaku, tumben aja mereka berdua pake bawa makanan.
"Ambil di
dapur, sisa snack tadi pagi masih banyak." jawab Reza.
"Emang boleh
minta sama mbok dapur?" tanyaku penasaran? Perasaan kalau sedang ngambil
snack saat istirahat hanya boleh ambil satu piring kecil aja, kok baik banget
mbok dapur bagi-bagi begitu,
"Aku kan udah
akrab sama si mbok, jadi dikasih," jawab Reza datar.
"Lagian itu
kan sisa, kalau nggak dimakan paling besok pagi dibuang" tambah Hendra.
"Jadi kita
makan makanan sisa nih?" celetuk Andre. Hahahaha, lucu ngelihat tampang Andre begitu. Sekarang semuanya terasa nyaman, cair banget, hemmmm awal
keakraban yang bagus.
Kami ngobrol
sebentar sambil menikmati makanan sisa, tapi lumayan enak. Sebenarnya
makanannya nggak terlalu lumayan, tapi kebersamaan kami ini yang terasa
menyenangkan. Setelah beberapa bulan kami berempat satu kamar, malam ini adalah
yang paling asik, aku harap malam-malam selanjutnya akan lebih baik lagi,
terutama besok, rencana kami harus sukses.
Tidak lama satu per
satu temanku sudah naik ke tempat tidurnya, Andre sudah tidur duluan dengan
pakaian lengkap, kayaknya dia sudah terlalu ngantuk sampe tidur pake celana
jeans gitu, sementara Hendra dan Reza pake kaos singlet dan celana boxer. Aku
ke toilet buat cari westafel, tentunya buat nyikat gigi, cuci muka dan siap-siap tidur, lagian
besok ada misi yang harus kami kerjakan, semoga saja aku dapat mimpi yang indah
malam ini.
Perlahan ku
pejamkan mataku, mencoba mengingat wajah Fikri, sebenarnya selama menjadi siswa
lama aku bukan tidak pernah ketemu sama dia, kami beberapa kali berpapasan di
ruang makan, kadang juga di kantin dan pernah beberapa kali saat berangkat ke
kelas. Tapi hanya sekedar lewat saja, aku juga tidak terlalu antusias lagi,
tapi informasi dari Dion dan godaan sahabat-sahabatku bikin jadi
ngebet gini, huh.
Aku terbangun sudah
jam tujuh pagi, Reza, Andre dan Hendra masih di atas ranjangnya masing-masing,
posisinya juga aneh-aneh, apalagi si Reza, tidur cuma pake bokser pendek
banget, kaos singletnya terangkat sampe perutnya kelihatan, aduh pikiranku
mulai ngeres nih, hahaha. Aku bangkit dari tempat tidur sambil merapikannya
tanpa peduli sama teman-temanku yang masih terlelap. Lagian aku sudah biasa
melihat mereka begitu, nggak ada yang aneh.
Hari ini libur,
tidak banyak kegiatan. Sebagian besar siswa bersih-bersih kamar, merapikan lemari,
nyuci pakaian dan menyetrika, ada juga yang menggunakan jasa laundry, aku
sendiri lebih nyaman make laundry. Ya banyak alasan aku lebih suka begitu,
salah satunya kalau nyuci pakaian aku terlalu lelet, waktu liburan aku pernah
mencobanya, mama malah ngomel karena baju cuma dua lembar aku menghabiskan air satu bak mandi hahahah, belum lagi nyeterika pakaian, aku nggak terlalu ahli urusan begitu, aku kan cowok. Walaupun banyak anak cowok di sini pandai mencuci
dan menyeterika, hehehe.
Aku membuka jendela
kamar kami, di luar tampaknya beberapa siswa sudah berpakaian rapi, mungkin
yang dapat izin ke luar kampus. Ya, kami hanya boleh izin ke luar kampus hari
Minggu, dari jam 08.00 pagi sampe jam 05.00 sore, lumayan juga jalan-jalan di
kota Semarang, biasanya anak-anak nggak jauh-jauh paling juga ke mall, ada juga
yang izin pulang ke rumahnya, tentunya yang tinggal tidak jauh dari sini,
seperti siswa-siswa asal Pati, Kendal, Salatiga dan ada juga yang pulang ke
Solo.
Aku termasuk yang
jarang izin, selain nggak hafal jalan di Semarang aku juga bosan ke mall, di
Bandarlampung saja sudah sesak sama mall yang nambah tiap tahunnya. Aku lebih
suka suasana pedesaan, dan sekolahku ini sudah di desa, di atas bukit tepatnya,
fasilitas juga sudah lengkap jadi nggak perlu izin-izin keluar. Aku sudah
nyaman dengan suasana begini.
Sebaiknya aku
segera mandi dan sarapan, soalnya kami berempat sudah janji ketemu di ruang
makan untuk membahas kelanjutan rencana nyeleneh kami nanti
sore. Aku rada gugup nih, jadi nggak yakin melanjutkannya.
Setelah sarapan
pagi aku dan Dion duduk di pondok jerami dekat taman. Tempat ini sudah jadi markas kami berempat.
Reno dan Idris juga sudah hadir dengan membawa pakaian renang. Aku tidak tau
kalau di sekolah ini ada fasilitas kolam renang, jadi nggak ada persiapan
pakaian renang, terpaksa deh Reno dan Idris yang bertugas mencarikannya.
"Kamu nyuruh
aku pake celana ini?" jawabku terkejut ketika memeriksa celana renang yang
dikasih Reno. Warnanya hitam tapi ukurannya S, lebih kecil dari pakaian
dalamku. Melihatnya saja membuatku malu, apalagi memakainya.
"Ya cuma itu
yang ada," jawab Reno seenaknya.
"Kamu seksi
kok kalau pake itu" celetuk Idris, Dion dan Reno tertawa mendengarnya, dan
aku cemberut. Aku nggak mau pake celana itu, dasar Reno.
"Pasti kamu
jadi objek perhatian kalau pake celana ini" tambah Reno cengengesan.
"Kita ini mau
PDKT, artinya keberadaan kita nggak boleh mencolok, kalau mau seksi-seksian
kita pake celana dalam aja kan lebih hot" jawabku ketus.
Ketiga temanku
malah tertawa mendengar ucapanku. Lagian Reno dan Idris ini masa nggak paham
sih, tujuan misi ini kan buat ngedeketin si Fikri, bukan mau cari perhatian
semua pengunjung kolam renang. Perasaanku jadi campur aduk antara kesal dan
geli, hahahaha masa pake celana sekecil itu, aku kan sudah mimpi basah,
tinggiku saja sudah hampir 165 cm sekarang, bisa-bisa semua bagian sensitifku
kelihatan dari luar, benar-benar memalukan.
"Ren, aku
pinjam celana bola kamu saja lah, aku nggak mau pake celana ini" ucapku
dengan mimik kesal.
"Nggak boleh!
itu punya klub, bisa-bisa aku dimarahi sama pengurus klub ku" jawab Reno.
"Kalau nggak
boleh aku nggak ikut rencana ini." bantahku ketus.
"Loh ini kan
rencana buat kamu, masa kamu nggak ikut sih. Udah kalau kamu mau yang gede ntar
aku pinjam punya kakakku saja" usul Dion.
"Kakakmu kan
sudah kelas 3 SMA, yang ada ukurannya jumbo... malah tambah aneh aku
makainya" jawabku makin kesal.
"Ren, aku
pinjam celana bolamu aja ya, Plis... Bukan celana klub, celana bola yang biasa
kamu pake itu, yang warna biru" Reno akhirnya mengangguk setuju dengan
permintaanku tadi. Nggak apa-apalah pake celana bola, dari pada pake celana
renang seksi begini, lagian si Reno dan Idris darimana sih ngambil celana norak
begitu, huft.
"Guys, kitakan
semuanya cowok, emang di kolam renang anak-anak pada pake celana? Kalau pada
nggak pake celana gimana? Ngapain juga kita ribut masalah celana sempit
itu" tanya Idris tiba-tiba. Aku dan Dion mengeryit mendengar pertanyaan
Idris.
"Nggak tau
juga sih, ini kan pertama kalinya kita ke kolam renang sekolah, mungkin aja
siswa kelas 1 SMP telanjang, kan masih pada kecil-kecil, belum mimpi basah
kan." celetuk Reno.
"Bener tuh,
kalau kelas 1 SMP masih kecil, jadi nggak perlu pake celana menurutku. Hemm,
kalau benar begitu aku mau kerjain tuh anak-anak baru, hehehe kayaknya
asik," celoteh Idris, sepintas kulihat wajah Dion jadi sangar hahahaha,
calon ketua OSIS ini nggak setuju sama ide si Idris.
"Kalau kelas
satu sih nggak masalah telanjang, kan masih culun mungkin ada juga yang belum
sunat, tapi yang sudah SMA, kalau telanjang juga gimana? masa kolam renang
diisi cowok-cowok bugil." jawab Idris, aku dan Dion terperangah mendengar
percakapan kedua temanku ini. Mereka berdua kan ngakunya suka sama cewek,
bisa-bisanya membayangkan cowok-cowok bugil, apalagi pikirannya mesum begitu.
"Hey! Anak
kelas 1 SMP belum boleh masuk kolam renang." potong Dion galak. Idris dan
Reno terdiam mendengarnya, dan kelihatan salah tingkah, hahaha, rasain! Diomelin
tuh sama Dion.
"Ya jelas aku
tau, kan ada di peraturan, waktu kelas satu kalian nggak ingat apa? Kolam
renang kan termasuk tempat yang tidak boleh dikunjungi selain asrama siswa
lama" terang Dion sebelum Reno dan Idris bertanya lagi. Oh iya, aku juga
lupa sama peraturan itu, hemmm memang anak baru nggak boleh ke kolam renang,
dan masih banyak lagi tempat-tempat yang tidak boleh dikunjungi. Benar-benar
ketat peraturan buat siswa-siswa baru.
"Kok aku jadi
ragu kalian berdua suka sama cewek, terutama kamu dris, kamu suka banget
kayaknya ngebahas cowok, apalagi tentang cowok-cowok bugil tuh" muka Idris
langsung merah mendengar sindiran Dion. Aku tertawa mendengar Dion jadi cerewet
begitu hahaha.
"Sembarangan
aja, aku pacaran sama cewek, titik" jawab Idris, meski suaranya kurang
meyakinkan hehehe.
"Ya, cewek
jadi-jadian kan?" candaku, hahaha Idris semakin jutek aja.
Kami melanjutkan
obrolan kami pagi itu, karena temanya masih berkutat dengan hal-hal yang
berkaitan dengan kolam renang, jadi rada mesum juga hahaha.
Sebenarnya aku
sudah nggak terlalu yakin menjalankan rencana ini, bagaimana nanti kalau aku
ketemu sama Fikri, aku harus ngomong apa? biasanya kalau sedang grogi aku
cenderung sering buat kesalahan. Kalau ditanya keinginanku, jelas aku ingin
rencana ini dibatalkan saja, tapi tentu saja teman-temanku akan kecewa, apalagi
si Idris gagal rencananya mau lihat cowok-cowok bugil.
Tepat jam 4.00 sore
kami berempat berangkat ke kolam renang, letaknya tidak terlalu jauh karena
lokasinya masih dalam kompleks sekolah. Area kolam renang dikelilingi tembok
setinggi tiga meter dan pintu masuknya berupa bangunan dua lantai seukuran dua
kali lapangan basket.
Kami masuk ke
bangunan tersebut yang hanya memiliki satu pintu masuk, di bagian tengah
bangunan ada semacam lobi, ada beberapa petugas kebersihan dan petugas jaga.
Kami mengisi identitas kami di daftar pengunjung lalu masuk ke ruang ganti yang
ada di sebelah kiri. Ruangan itu tidak terlalu luas, tapi bersih. Aku baru
pertama kali ini ke sini, beberapa siswa SMA yang mau ganti lewat dan
tersenyum, mereka cuek saja buka baju dan celana, cuma pake celana dalam saja
sebelum menutupnya dengan pakaian renang. Aku sedikit malu ketika harus
berganti pakaian di ruang tanpa sekat begini, tapi apa boleh buat, nggak ada
tempat lain lagi buat ganti.
Akhirnya kami
berempat keluar dari ruang ganti dan menuju kolam renang. Ada empat kolam renang
yang terpisah, satu kolam yang paling besar dan tiga kolam sedang. Aku agak
canggung juga waktu masuk ke sini, ternyata jumlah siswa yang mengunjungi kolam
ini diluar dugaan kami, "membludak".
Kebanyakan dari
pengunjung kelihatannya siswa SMA, karena dari postur tubuhnya sudah bisa
ditebak. Ternyata seksi-seksi juga anak-anak SMA ini kalau cuma pake celana
renang, hahaha.
"Hari ini kan
libur, pantas saja rame begini" Reno sedikit berteriak ketika bicara sama
kami, karena suasananya lumayan bising.
"Iya nih, rame
banget. Lumayan sesak juga tuh kalau mau berenang" tambah Idris.
"Oke, pasang
mata kalian dan perhatikan, tujuan utama kita adalah cari si Fikri, jadi nggak
usah mengeluh dris kalau kolamnya sesak, lain kali kita datang waktu sepi jadi
kamu bisa memonopoli sendiri tuh kolam" celetuk Reno. Aku diam saja, terasa
sangat tidak nyaman. Kenapa harus di kolam renang sih PDKT-nya, mengapa nggak
di kantin atau ruang makan saja, kan lebih mudah.
"Nggak asiklah
kalau terlalu sepi, nggak bisa cuci mata" celetuk Idris asal saja, kami
bertiga saling padang mendengar ucapan Idris barusan, anak ini tidak diragukan
lagi, dia "penyuka cowok" hahahaha.
Hampir dua puluh
menit kami berkeliling, tetapi sama sekali tidak menemukan keberadaan Fikri.
"Kayaknya dia
nggak ke sini" ucapku lesu. Aku lesu bukan karena nggak ketemu Fikri, tapi
memang sudah nggak niat melanjutkan rencana aneh ini. Meskipun sejujurnya aku
cukup gembira dia nggak ada, jadi nggak perlu lanjut, hahaha.
"Ya nih, Apa
Reza bohong? Mungkin dia cuma mau ngerjain kita Rick" ucap Dion kesal.
"Emang kamu
nggak nyelidiki apa yon? kamu kan satu asrama sama Fikri?" tanya Reno ke
Dion.
"Aku nggak
berani tanya-tanya ke dia, tapi beberapa kali aku lihat dia bawa-bawa pakaian
basah, kemungkinan habis renang sih" jawab Dion sangsi.
"Kelihatannya
Reza juga nggak bohong, mungkin memang hari Minggu dia tidak ke sini"
jawabku apa adanya.
Kami bertiga rada
kecewa, lebih tepatnya Reno dan Dion, dan kami putuskan untuk berenang saja,
sudah tanggung ada di sini, masa harus pulang ke asrama.
"Ternyata
nggak ada yang bugil ya" celetuk Idris.
"Kamu pasti
suka cowok deh, nggak mungkin kamu suka cewek, dari tadi nyari cowok
bugil" sindir Reno ke Idris. Aku dan Dion tertawa mendengarnya. Hahaha,
lalu kami berempat melompat ke kolam yang paling besar, "byurrrrr"
airnya terasa begitu segar.
Sekitar lima belas
menit aku berenang di kolam yang paling besar yang dalamnya dua meteran.
Ketidakhadiran Fikri di sini tidak lagi menjadi topik kami, karena air kolam
renang ini lebih menarik untuk dinikmati hehehe.
Aku keluar dari
kolam dan duduk di pinggir sambil menonton ketiga temanku yang masih
semangat di dalam air. Beberapa kali ku perhatikan beberapa siswa SMA
menatapku, kalau aku balas menatap, mereka malah pura-pura buang muka, hemmm
hal yang sudah biasa, dan aku sendiri sudah terbiasa.
"Akhirnya
ketemu di sini? Mana yang lain?" tiba-tiba Kevin sudah berdiri di
sampingku.
"Itu lagi
berenang" jawabku. Anak ini munculnya selalu tiba-tiba, dan nggak
disangka-sangka.
Sesaat ku
perhatikan si Kevin yang cuma pake celana renang. Dia sekarang sudah kelas 1
SMA, aku sih nggak heran badannya seputih ini, dia kan keturunan chinese, tapi
jujur, dia seksi banget. Gimana nggak seksi, dia sudah 16 atau mungkin juga 17
tahun, lekukan di dada dan perutnya juga sudah kelihatan, tidak ada bulu dada,
kulit bersih, rambut basah dan sisa-sisa air juga masih menempel di badannya.
Selain itu celana renang yang dia pake beberapa centi diatas lutut, berwarna merah gelap dan lumayan ketat. Ya, menurutku dia sangat seksi.
"Ada apa? kok
lihat gue begitu" Kevin menyipitkan matanya ketika bertanya. Aku
memalingkan wajahku, jujur saja aku sangat malu, benar-benar malu.
"Nggak, kamu
sudah tinggi banget sekarang, sudah SMA kan?" gumamku nggak jelas. Dia memandangku
sesaat sambil mencerna alasanku barusan, kemudian duduk di sampingku, dan hanya
tersenyum jahil.
"Kita latihan
marching band baru dua minggu lalu, makan bareng di ruang makan baru seminggu
yang lalu. Elu juga sudah tau dari lama gue sekarang kelas 1 SMA, masa dalam tempo satu
minggu tinggi gue sudah nambah lagi sih?" sindir Kevin cengengesan.
"Ih, lebay,
memang kamu sudah tambah tinggi kok, aku nggak pernah nanya tentang kamu kelas
berapa? bisa aja kamu nggak lulus ujian nasional dan sekarang masih kelas 3 SMP" jawabku
gugup berusaha menyembunyikan rasa malu.
"Gue kelihatan
seksi kan?" timpal Kevin tanpa peduli alasan konyol ku tadi, reaksinya malah bikin aku tambah kikuk aja.
"Hahaha, kamu
geer banget" jawabku ketus dan berusaha mengendalikan emosiku, aku harus
jaga image nih, karena aku sudah malu, jangan sampe malu-maluin lah hehehe.
"Buktinya lu
ngeliatin gue sampe lama begitu" celetuknya pede.
"Ya, kamu
seksi dan menggoda, puas???" jawabku sambil bercanda.
"Ya, gue puas,
puas banget lihat muka lu begitu, tambah cute aja hahahaha" Kevin tertawa dan
refleks tangannya merangkul tubuhku. Aku kaget dan merasa canggung, apalagi
kami sama-sama tidak pake baju, kulitnya yang dingin bersentuhan dengan
kulitku. Detak jantungku terasa berdebar lebih cepat, untung reaksi Kevin
selanjutnya biasa aja, kelihatannya tidak ada maksud negatif ,mungkin hanya
sekedar keakraban seorang teman, jadi ku biarkan saja tangannya di pundakku.
Lagian he is my friend.
"Kamu ngapain
ke sini?" tanyaku asal. Aku nggak berharap ketemu anak ini di kolam
renang, yang dicari Fikri malah yang muncul Kevin, shit!
"Ini kan kolam
renang sekolah, siapapun boleh kesini" jawab Kevin nyengir. Hahaha, dia
ada benarnya juga, ngapain juga aku nanya begitu, seakan-akan ini kolam renang
milik bapakku, jadi malu....
"Nggak semua,
siswa baru nggak boleh masuk" bantahku, hehehe giliranku yang cengengesan.
"Pintar banget
ngeles lu" bisik Kevin sangat dekat sampe aku dapat merasakan bibirnya menyentuh telingaku. Aku hanya senyum saja mendengarnya, anak ini masih
tatap Kevin yang dulu, selalu asik diajak ngobrol. Kami lumayan akrab, meski
tidak sedekat hubungan ku dengan Dion, Reno dan Idris. Tapi dia tetap salah
satu teman yang benar-benar .......... asik.
"Tapi gue suka
kok, meski lu suka ngeles" gumam Kevin dengan nada pelan.
"Sebagai
teman" lanjutya buru-buru, kelihatannya ucapannya barusan juga refleks tuh.
Wajahnya rada kikuk, hahaha, lucu liat dia begini. Tiba-tiba saja ada ide yang
muncul di benakku, ku tarik tangan Kevin dan
"Byurrr......"
Kami berdua nyebur
lagi dalam kolam renang, Reno, Idris dan Dion yang dari tadi memperhatikan kami
ngobrol ikut nimbrung, kami berlima akhirnya main seperti anak kecil,
hahahaha. Saling meneggelamkan, siram-siraman dan lomba renang dengan gaya yang
nggak jelas hahaha. Benar-benar menyenangkan.
Acara kolam renang
ini memang tidak sesuai rencana kami, tapi aku tetap senang. Aku tidak ketemu
Fikri, bukan berarti rencananya gagal, tapi setidaknya kami bersenang-senang di
sini, bahkan aku nggak terlalu ingat lagi tentang Fikri, Yes, I'm happy now!
Akhirnya kami
meninggalkan kolam renang, sekarang sudah hampir jam enam. Kami sudah berpisah
sama Kevin, karena asramanya berada tidak jauh dari kolam renang. Aku, Dion,
Reno dan Idris juga sudah berpencar ke asrama kami masing-masing, nanti juga
ketemu lagi saat makan malam. Dalam hati aku benar-benar bersyukur punya
teman-teman yang mengasikkan, sungguh luar biasa.
Aku masuk ke asrama
dan menuju lantai dua, karena kamar ku memang di lantai dua. Tadi ketika pulang
dari kolam renang ku lihat Reza dan Hendra masih asik main tenis meja, berarti
hanya ada Andre di kamar, kira-kira lagi ngapain anak itu sendirian di kamar? Jangan-jangan main Handbody
lagi hehehehehe, ngeres juga pikiranku. Ternyata aku salah, pintu kamar kami
terbuka, nggak mungkin si Andre main handbody tanpa ngunci pintu, wkwkwkwkwk.
Aku masuk ke kamar
dan sesuatu membuatku terkejut dan gugup, bukan Andre yang ada di kamar kami, melainkan seorang cowok berkulit putih dengan rambut rapi berwarna hitam gelap duduk di
atas ranjangku sambil menatap ke pintu, dan sekarang menatapku, ya karena aku
sedang berdiri di pintu. Aku diam, bingung mau ngapain, atau jangan-jangan ini
hanya halusinasi saja.
"Kok diam di
pintu, masuk gih" tiba-tiba dia berbicara padaku.
Aku tidak menjawab pertanyaannya meski aku masuk juga ke kamar, lalu duduk di atas kursi meja belajar. Celana bola yang masih basah
aku masukkan ke ember tanpa memperdulikan anak yang sedang duduk kurang semeter
dari ku itu.
"Dari kolam
renang ya?" tanyanya. Aku tambah terkejut mendengarnya. Apa dia tau kami
mau ke kolam renang? Mungkin itu alasan dia nggak ada di kolam renang, dia sengaja
menghindar. Lalu timbul pertanyaan lagi mengapa dia ke sini? Apa dia mencariku?
Huft! Kelihatannya
aku terlalu panik dan kaget, ku tarik nafas pelan dan emosiku mulai stabil,
hemmmm. Aku nggak boleh kikuk gini, tidak mungkin dia tau rencana kami. Lalu
darimana dia tau kalau aku dari kolam renang? Apa Reza yang membocorkannya?
Mungkin dia teman Reza. Tidak, dia tadi melihatku membawa celana basah, jadi
dia bisa menebak kalau aku dari kolam renang. Aku harus kalem nih, "santai, ayo
Ricko rileks saja, sekarang dia ada di depanmu, dan kalian hanya berdua, nggak
perlu salah tingkah gitu" batinku memberi semangat.
"Kok bengong?
Nama kamu Ricko kan" tanyanya ramah.
"Ya, maaf
kakak cari siapa?" jawabku berusaha biasa.
"Kalian sudah
kenalan ya....." tiba-tiba Andre masuk ke kamar membuatku tambah canggung
aja. Fikri tersenyum sama Andre.
"Rick kenalin ini sepupuku Fikri, dia dari Bekasi yang aku ceritakan ke kamu itu" ucap
Andre dengan senyum aneh.
"Aku sudah tau
kok namanya" jawabku santai. What? kok
aku jawab begitu? Fikri dan Andre malah tersenyum mendengarkan jawabanku, yang
lebih parah lagi melihat raut mukaku yang salah tingkah ini.
"Yaudah, aku
pulang dulu ya" tiba-tiba Fikri berdiri dari ranjangku, Andre mengangguk,
aku sendiri masih belum percaya dengan suasana ini dan tentu saja masih kikuk.
"See you Ricko, dan jangan suka bengong
begitu, nanti kamu dihukum lagi sama bagian keamanan seperti tahun kemaren hehehe. Just kidding" celetuk Fikri sambil berjalan menuju pintu dan meninggalkan kamar
kami. Aku dapat melihat dia tersenyum sebelum hilang dari pandanganku. Aku juga cuma tersenyum, tanpa ada satu katapun yang mampu aku ucapkan. Dan
parahnya, nampaknya Andre menyadari sesuatu nih. Aduh kok jadi gini sih.
"Kamu barusan
darimana?" tanyaku sekedar mengalihkan perhatian Andre.
"Oh, dari
kamar pengurus asrama, nitip uang jajan, kalau aku pegang sendiri ntar cepat
habisnya" jawab Andre.
"Kelihatannya
kamu sudah kenal sama sepupuku tadi?" tanya Andre tiba-tiba. Aku harus
mengendalikan nada bicara dan sikapku nih, jangan sampe si Andre tau kalau aku
sedang PDKT sama sepupunya.
"Nggak
terlalu, cuma pernah duduk sedekatan waktu MOS kelas 1 dulu" jawabku
dengan nada biasa. Akhinya aku bisa ngomong, meski masih rada canggung.
"Oh, dia
cerita kok ke aku, kamu ditegur bagian kemanan kan waktu itu?"
"Hemmm,
ya" jawabku sambil tersenyum.
"Katanya kamu
nggak akrab sama dia, tapi kelihatannya kalian cukup dekat" tanyaku
penasaran.
"Dia tadi
habis izin ke kota, aku nitip ambilin uang di ATM, makanya dia ke sini
ngantarin uang titipanku, kami memang tidak akrab, tapi belakangan ini dia
lebih sering ngajak ngobrol. Mungkin mau tanya-tanya tentang kamu" jawab
Andre dengan senyum jahil.
Aku terkejut
mendengarnya. Andre memang pernah bilang kalau sepupunya nanya-nanya tentang
aku, tapi dia nggak pernah bilang kalau sepupunya si Fikri itu, atau memang aku
yang tidak bertanya. Kalau aku tau dia sepupunya Andre, nggak perlu ada rencana kolam renang tadi, pantas saja si Fikri nggak ada di sana, diakan izin
ke kota.
"Aku mau mandi
dulu ya, sudah sore ni." ucap Andre sambil membawa peralatan mandinya.
"Ya, aku sudah
mandi tadi di kolam renang," jawabku santai.
Pikiranku saat ini
sedang sibuk merangkai kejadian-kejadian yang baru saja aku alami. Bahkan
fakta bahwa Fikri adalah sepupunya Andre adalah hal yang bagus, tadi ketika aku
tidak bertemu Fikri di kolam renang aku sudah tidak memperdulikannya lagi, tapi
setelah pertemuan singkat kami di kamar ini dan fakta dia sepupunya Andre, jelas hal itu membangkitkan minatku kembali. Aku merasa semakin ingin tau, bahkan
mendekatinya.
Dia benar-benar lebih
tampan dari terakhir kali aku melihatnya. Ternyata dia juga masih ingat
kejadian satu setengah tahun lalu, hemmmmm aku tersenyum sendiri
mebayangkannya. Dia masih ingat aku, dan yang bikin hatiku tambah
berbunga-bunga ternyata dia juga mencari informasi tentang aku, hahahaha.
Meskipun pertemuan
kami sore ini hancur, maksud ku bukan basa basi yang romantis dan indah, malah bisa dikatakan lumayan buruk, setidaknya dia masih tersenyum ramah. Aku tidak bisa bicara, kikuk dan gugup, semoga saja aku
bertemu dia lagi, dan dapat lebih dekat dan ......... hemmmm entahlah, susah
menggambarkannya.
Aku akan ganti baju
dulu dan makam malam, akan aku ceritakan berita menggembirakan ini sama
sahabat-sahabatku, aku bisa menebak reaksi mereka hahaha.
Ku tutup pintu kamarku dan menguncinya, karena aku mau ganti pakaian. Di depan cermin lemari satu per satu ku lepas pakaian yang aku gunakan hanya celana dalam saja yang tersisa melekat di tubuhku. Lama aku perhatikan penampilanku di belakang cermin, aku sudah remaja, Yes, I'm fifteen now.
Ku tutup pintu kamarku dan menguncinya, karena aku mau ganti pakaian. Di depan cermin lemari satu per satu ku lepas pakaian yang aku gunakan hanya celana dalam saja yang tersisa melekat di tubuhku. Lama aku perhatikan penampilanku di belakang cermin, aku sudah remaja, Yes, I'm fifteen now.
Tiba-tiba dalam
pikiranku muncul sosok Kevin yang tadi sore merangkulku, dia tersenyum. Senyumnya yang manis, bibirnya yang lembut, tetesan air kolam renang yang masih menempel di badannya, aroma tubuhnya yang segar, kulitnya yang lembut ketika menyentuh kulitku, meskipun tubuhnya dingin, tapi terasa begitu hangat. Mungkin kehangatan seorang
teman, aku harus tegas, Kevin adalah temanku, aku tidak punya perasaan sama
dia, dan wajar saja hasrat dan nafsuku muncul, dia kan cuma pake celana renang,
bisa dikatakan setengah bugil, mungkin kalau kami cuma berdua saja di kolam itu,
nggak tau apa lagi yang akan terjadi selanjutnya.
Ya, seperti kata
teman-temanku, suka sesama cowok, cinta sesama cowok, pacaran sesama cowok
adalah hal "normal", karena semua yang tinggal di sini berjenis
kelamin laki-laki. Jadi adalah hal yang "normal" juga bagi cowok
merasa terangsang dan bernafsu ketika melihat cowok cakep cuma pake celana
renang berdiri di sampingmu, bahkan merangkul tubuhmu, setidaknya itulah kesimpulan
dangkalku saat ini. dan jujur saja, Kevin dengan penampilan tadi sore, membuatku bernafsu.
Tok tok tok tok
"Rick, kamu
lagi apa? buka pintunya dong" suara Andre terdengar dari luar kamar.
"Ya... bentar,
aku lagi ganti baju" jawabku.
Dengan cepat kupake celana pendek dan kaos, lalu kubuka pintu kamar kami. Hemmmm, sebaiknya aku memikirkan apa rencanaku selanjutnya, salah satunya mencari Informasi lebih banyak dari teman yang ada di depanku saat ini, ya............ informasi dari Andre.
Dengan cepat kupake celana pendek dan kaos, lalu kubuka pintu kamar kami. Hemmmm, sebaiknya aku memikirkan apa rencanaku selanjutnya, salah satunya mencari Informasi lebih banyak dari teman yang ada di depanku saat ini, ya............ informasi dari Andre.
BERSAMBUNG
...............
selamat membaca
ReplyDeleteKayaknya gw tau asrama sejenis, yg letaknya dkt Semarang, nyaris msk sono dulu, tp kyknya ga cwo smua... so ini cm dugaan gw aja ^^
ReplyDeleteceritanya bikin penasaran kak
ReplyDeletelanjutin cepetan ya ehehhe
kapan cerita selanjutnya direlease>? ga sabar nih :)
ReplyDeleteSekolah itu adalah salah satu lembaga pendidikan yang pernah menjuarai Hamengkubowono Cup. Lumyan mudah untuk ditelusuri, tapi perlu analisa dan ketelitian, krn tempat dan nama sudah disamarkan untuk menjaga identitas sekolah yg bersangkutan.
ReplyDelete